Mungkin sejenak saja akan aku luangkan
waktu untuk bersapa denganmu malam ini
Di tengah keramaian atau di pucuk sepi yang gamang
Mungkin hanya jentikkan jari saja
Yang akan melegalisir perjanjian kita
Mungkin lembaran kertas yang sering membuat mata hijau itu
akan sekali lagi menganggukan kepalaku
Lalu kau akan bergerak lebih cepat
mengancingkan kemeja setelah terlebih dahulu memutar kedua bola mata
mencari-cari celana yang entah kenapa mendadak berkelana di bawah ranjang sana
Kau pikir alasanku cuma satu
lambung ini terlalu sering mengilangi perih dan asam
Atau aku hanya sekedar rindu hidup dengan harta yang gemilang
Padahal dari setiap janji pertemuan dengan dosa yang kita tepati
aku bukan hanya mendambakan peluk dan gelimang keringat
yang pasti akan kita hasilkan...
Bukan hanya itu
Supaya kau tahu,
Aku mulai melengos cemburu kalau kau bicara di telepon dengan orang-orang yang memang ada dalam kehidupanmu
Aku hanya diam, pura-pura sibuk menghitung uang
Padahal telingaku sibuk menguping pembicaraan
Supaya kau tahu,
Aku mulai ingin kau tetap ada disini sampai timur menampilkan matahari
Bukan hanya karena aku sudah hapal dengan makan malam kesukaanmu
Tapi karena aku mulai membayangkan seperti apa wajahmu di pagi hari
Jadi, buatku ini bukan lagi bisnis semata
Karena aku telah melanggar peraturannya yang paling utama
Walau aku tau aku akan tak bisa mencintaimu dalam kenyataan
Aku punya lebih dari sekedar cerita tentang pendosa
Percayalah
(one day in 2009)
No comments:
Post a Comment