Jul 24, 2024

An endearing read

I read something that gives my heart this warm, fuzzy feeling. Actually, it almost made me cry.

Here goes.

“There are many different kinds of bravery. There’s the bravery of thinking of others before one’s self. Now, your father has never brandished a sword nor fired a pistol, thank heavens. But he has made many sacrifices for his family, and put away many dreams.”

“Where did he put them?” 

“He put them in a drawer. And sometimes, late at night, we take them out and admire them. But it gets harder and harder to close the drawer… He does. And that is why he is brave.”— Conversation between Mrs. Darling and Michael, Peter Pan by J.M. Barrie

from Pinterest


Jul 18, 2024

I feel alright about my neck

 



Ephron's notable "I feel bad about my neck." crossed my mind the second my husband showed me the photo he had just taken.

I almost missed his proud ear-to-ear smile and glued myself to the deep crow's feet around my eyes.

"Gosh. This is forty-four." I moaned.

"That's you celebrating your first book," he said.

And just like that, he was Mr. Right.

ps: I am curious, if you are over 40, how do you respond to all the changes in you? 

Pre menopausal syndrome? wrinkles? the uncertain waves of emotions? Or are you smooth sailing like nothing happens?

Jul 16, 2024

Menstruation Talks

Photo from NPR Org

When the puberty bus hits me with my first menstruation (mood swings, funny body odor, sans breast growth), I worry about how society's expectations might define the world for girls.

"You have to be more careful now," mothers and aunties would say. But what did they mean by "careful"?
People would comment on our looks, skin fairness, and how we should behave and dress because apparently, we are responsible for sexual crimes.

What struck me was that they avoided the word "menstruation." Instead, they used phrases like "Aunt Flow," "Palang Merah," or "Datang Bulan" because discussing puberty is taboo.

It's not that these phrases are immoral, but oh but ..
They distract from crucial topics such as menstrual hygiene, reproductive health, proper nutrition for hormonal balance, and the fact that girls and women can still play sports.

A 2018 study revealed that between ages 8-14, girls’ confidence drops by 30 percent. Boys experience drops too, but at 14, when girls are at their lowest, boys' confidence is still 27% higher. See how the domino effect can go far?

While the formula to changing the above can be intricate and detailed, I know how we can create change.

It's all on us.

Revising how we speak to girls (and boys) is the first step to breaking the stigma.

Say it as it is. Menstruation.
*Period.

*pun intended

(Here are some links with insightful tips on talking about menstruation and puberty with your children: Voices of Youth on MenstruationOn PubertyTweens and Puberty.)




May 6, 2024

Untuk Perempuan Biasa. My first published book!

 


Akhirnya hadir, akhirnya lahir.

Buku ini tentang dan untuk perempuan
Yang kisahnya sering tak masuk hitungan
Atau mungkin dianggap tabu

Perempuan Biasa hadir
Menantimu bergabung dalam derapnya
Yang halus namun laju

"Untuk Perempuan Biasa"
Oleh Tressabel Hutasoit
115 halaman| 27 prosa pendek

IDR 135,000 (Pemesanan lewat Direct Message)

Pengiriman ke alamat Anda mulai 1 Mei 2024


Mar 30, 2024

Beribu Surat

Setelah melewati proses penyuntingan yang cukup panjang, akhirnya buku “Beribu Surat” terbit! 


Buku ini adalah antalogi tulisan dengan pesan beraroma feminisme dari bumi Indonesia.
My work, karya saya berjudul “Surat Dari Janda” bisa ditemukan di halaman 297.


Tulisan tersebut sarat akan cerita dan harapan untuk mendobrak stigma negative kaum janda yang masih negative di mata masyarakat.

Pesan lewat @peretas_id atau @marjinkiri


Penerbitnya, Peretas (Perempuan Lintas Batas) dan Marjinkiri serta semua penulis yang karyanya dimuat dalam buku ini, berderap bersama untuk menyuarakan feminisme lewat sastra dan seni.

Pemesanan bisa lewat @peretas_id atau @marjinkiri
Kiranya bisa dinikmati.

#rewritetherules


Mar 6, 2024

Siapa Lagi Selain Kartini?

Nama harumnya memang pas sekali menjadi lirik lagu ciptaan W.R Supratman, "Ibu Kita Kartini". 

Dan tentu, jasanya jelas bisa kita nikmati. Keleluasaan saya menulis artikel ini adalah salah satunya. 

Bicara mengenai Kartini dan merayakannya adalah baik. Namun lebih baik kita turut serta membicarakan berbagai hal mengenai pahlawan perempuan Indonesia, yang ceritanya nyaris tak terdengar.

  1. Yang jarang diakui, Kartini adalah exhibit A dari sebuah kenyataan: Pengetahuan perempuan dan kesohorannya sangat bergantung pada politik lokasi, budaya, dan kelas. Untungnya, Kartini menggunakan privilege yang Ia miliki dengan benar
  2. Karena posisinya itulah, bukan tidak mungkin Kartini juga adalah tokoh yang “diciptakan” Belanda. Keberaniannya mengkritik sedikit banyak merupakan pengaruh pendidikan Belanda yang dapat Ia kecap karena Ia adalah keturunan bangsawan
  3. Belanda saat itu gencar melakukan politik etis. A.k.a politik balas budi. Munculah “story” bahwa perempuan Indonesia kalau mau maju harus ikut pendidikan Belanda; harus memiliki pemikiran seperti yang diajarkan Belanda. Menjadi "Public Relations." Belanda?
  4. Lewat sura-suratnya, Kartini berhasil mendokumentasikan pengalaman ketertindasannya sebagai perempuan yang hidup dalam kentalnya dunia patriarki dan iklim feodal. Pemikirannya revolusioner, tapi Kartini tidak sempat (atau urung?) melaksanakan apa yang menjadi pikiran-pikirannya
  5. Penentang poligami ini, juga akhirnya terpaksa menjadi istri ke empat Bupati Rembang 


Tetap, Kartini layak masuk dalam jejeran pahlawan Indonesia. 

Walau sayang, perayaannya kini justru banyak dijadikan judul promosi dan alasan untuk berbelanja saja oleh berbagai bidang usaha.

Yang perlu kita kritisi, kenapa hanya ada Hari Kartini? Kenapa bukan Hari Pahlawan Perempuan Indonesia? Sehingga nama-nama berikut ikut terbayangkan aroma harumnya.


 

  1. Di Tanah Rencong yang cadas, ada Cut Nyak Dien. Seorang panglima perang (ya, Panglima Perang) yang strateginya licin dan sulit ditaklukan Belanda
  2. Rahma el Yunusiyah dari Sumatra Barat berhasil mendirikan sekolah untuk perempuan dan menolak subsidi karena tak ingin adanya influence dari bangsa penjajah. Di tanah Minang memang banyak melahirkan perempuan pendidik yang menolak bantuan dari Belanda dalam mendirikan sekolah
  3. Dewi Sartika di tanah Pasundan. Ia mendirikan sekolah-sekolah khusus perempuan yang di dalamnya mengajarkan nilai-nilai kesetaraan
  4. Lalu, berapa banyak dari kita yang tahu bahwa Rasuna Said yang namanya dijadikan nama jalan protokol, adalah seorang perempuan pejuang emansipasi yang orasinya keras menentang ketidaksetaraan?
  5. Malahayati. Panglima Perang Aceh yang memimpin 2000 orang Inong Balee (janda-janda perang) menyerang kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tahun 1599. Pada pertempuran satu lawan satu, Malahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman
  6. Silakan sumbang nama lain yang kalian ingat. Saya mau mendengarnya!


Kartini, seperti bukunya "Duisternist tot Licht", memang seperti terang yang terbit setelah gelap. Namun, siapa lagi yang sesungguhnya juga membawa terang tersebut? Bukankah mereka layak juga dirayakan? 


21 April memang bukanlah tanggal merah, Tetapi, gempita perayaannya begitu terasa dari masa ke masa. Pakaian adat, lomba ini itu yang lucunya sering berkenaan dengan keahlian memasak sambil memakai sepatu hak tinggi, terdengar disoraki riang di berbagai tempat.


Dalam konteks ini, gelap memang sudah berganti terang.


Artinya hari ini, kita punya kesempatan. Kalaupun mungkin harus berjalan dengan balutan kebaya ala Kartini dan hadir ke perayaan tadi, mungkin cerita tentang pahlawan perempuan lain bisa kita bagikan pada sekitar.



Hari ini, kita punya cerita baru untuk anak kita, perempuan dan lelaki. 


Hari ini dan esok, kita telah lebih berdaya untuk memakai terang tadi sebagai pelita yang menyoroti cerita perjuangan dari perempuan-perempuan lain.


Thank you for the fight, Kartini. We’ll take the torch from here… 


Ilustrasi Lee Man Fong




Feb 28, 2024

In search of a chaotic mind remedy

The first two months of 2024 have been a comedy of mishaps in our household. 

I have no details to dispense, but I am here to let you know that it's okay to take a break and lament for a while. 

What I am trying to do now is to look around just within my arm's distance. Look at something I like, someone I love, and take a deep breath. It's that cliché  mantra; "Not everyone has what you have."  

But I cannot say that it will always work its magic. I wish. What's going on in my mind now is a twister of chaotic worry, anger, and sadness snowballing with no ends to be seen.

Have you been in this situation? Have you tried my method, or do you have another trick to handle it?

Zara Picken's illustrates it well here.


Illustration by Zara Picken




Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...