Matahari mengintip. Terangnya menelusup, disela-sela ranting angsana yang mulai merintih dalam dingin.
Ia bermain-main, dengan sinarnya yang menjadi semburat kuning kehijauan saat menampar tanah, tanah dimana angsana berdiri, berdiri dengan anggun...berdiri menahun.
Ia berkelakar, dengan sinarnya yang jadi punya suara... Dengan sinarnya yang tak lagi terlalu memerikan .. Karena ranting si angsana tadi.
Angsana tertawa. Karena rantingnya tak terasa dingin lagi, karena daunnya tak jadi mati, karena semut-semut dibawahnya berhasil mengumpulkan remah roti.
Angsana mencoba menggapai matahari, jangan pergi ... katanya...
Temani aku sejenak lagi.
Ia merengkuh bola pijar itu, dengan tangan yang hanya bisa dilihat dan dicintai matahari.
Ia merengkuh bola pijar itu, dengan tangan yang hanya bisa dilihat dan dicintai matahari.
Angsana: Pterocarpus indicus |
No comments:
Post a Comment