Aug 17, 2011

Prosa Liris Miris

Berikut ini adalah komentar pendek dari seorang penulis senior, yang membaca beberapa tulisan saya (dalam bahasa). Untuk referensi, sila kunjungi halaman sastra di blog saya.
Sungguh, saya semakin bersemangat karenanya, walau memang ada satu kenyataan pahit mengenai sikap media dan segala preferensinya dalam menyoal suatu opini. Betapa saya semakin mensyukuri adanya blog, karena paling tidak, saya bisa berbagi.

" Tulisan ito padat, angle dan isinya jelas. Sayang, opini seperti ini makin tidak ada tempat di media kita. Kalau isi yang sama diformat jadi prosa liris seperti "perempuan" itu ( Perempuan Harus Begitu ), akan berubah dari artikel opini menjadi karya fiksi (prosa).
Media kita paling memuat tulisan tokoh/ahli tertentu, yang pemikirannya kita sudah hapal. Aku tag ito tulisan yang sebenarnya sudah standar kolom suratkabar. Tapi siapa yang mau memuat? Bagi ito sih, terus saja menulis, mengasah kemampuan menulis. Tapi kalau ito ingin bikin buku, kumpulan prosa liris bagus. Itu akan dianggap karya fiksi, seperti kumpulan cerpen atau puisi, karya imajinatif personal. Tapi sesudah membaca, orang seperti membaca artikel, karena isi-isinya yang tematik "

Lucunya, kebetulannya, semasa kuliah dulu, saya begitu rakus melahap karya-karya Seno Gumira Ajidarma. Pujangga liris yang membuat miris, itu dia.
Memasuki dunia kerja entah kenapa pilihan referensi baca saya jadi lebih majemuk mengingat kepentingannya untuk pekerjaan, sehingga terus terang, tentang karya beliau saya hampir lupa. Walau tanpa saya sadari, saya masih menghidupinya dalam benak saya.

Untuk amang NRT, mari kita lanjutkan perjuangan melalui pena (ketikan) walau hanya sejauh prosa liris yang semakin miris.

Note: Ito adalah sapaan umum untuk perempuan Batak dari orang yang usianya setara atau lebih tua. Amang adalah sapaan hormat untuk lelaki Batak,  bisa juga untuk Ayah, atau bahkan anak lelaki.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...