Apr 21, 2011

Perempuan Harus Begitu

Sepasang tangan yang handal meracik bumbu tapi siap juga tampil mulus terawat dengan kuku terpotong rapi terpoles warna merah darah.
Perempuan harus begitu.
Tapi, tak diajarkan bahwa tangan itu tak harus terus menerus menghapus airmata, tak diperingatkan bahwa tak sekalipun tangannya boleh menaburi alas bedak untuk menutupi bekas luka lebam didagu, di pipi, di bawah mata.
Terlentang saja, pejamkan mata, terima dan pura-pura nikmati saja. Jangan lupa mendesah sekali atau dua.
Perempuan harus begitu.
Tapi, tak boleh dia bertanya kalau badan yang diatas tubuhnya sudah pernah mampir kesana kemari. Tak boleh ia berkata tidak kalau memang birahinya sedang tak ada.
Tak boleh dia memutuskan berapa anak yang akan dia tenun di dalam rahimnya dan kalau ternyata dia tidak bisa, dia harus diam saat ditinggal pergi dan bersyukur kalau dia hanya dicaci. 
Oh ya, jangan lupa. Harus pula merasa “Ini salahku.”
Perempuan harus begitu.
Bibirnya mungil, dan hanya bisa mengeluarkan kata-kata manis. Harus menyudutkan senyum, sekalipun matanya berair dan hatinya nyeri. Perempuan harus begitu. 

Kalau dadanya sesak oleh kemarahan, dia lalu hanya menatapi cermin dan menyerapah. Karena ia tidak diajarkan untuk bisa bersuara. 
Dia diajari untuk kuat. Tabah dalam melakoni peran. Perempuan harus begitu. 

Tapi lupa ditambahkan bahwa kuat juga berarti mampu mengambil keputusan, kuat juga berarti berani meminta diperlakukan dengan benar dan tabah tak berarti dia hanya boleh bisu sampai luka terus terbilang.
Dia bekerja, tanpa bisa bebas menentukan mau dikemanakan upahnya. 
Dia berpelesir, diam-diam karena takut dicela.
Dia beribadah, sembunyi-sembunyi, karena tak sudi imannya dipertanyakan lagi.
Sungguh dia tidak lupa, Tuhan punya alasan menjadikkannya salah satu dari kaum hawa. Jadi dia bersujud, pamit hanya kepada Tuhannya.
Kalau dia punya anak perempuan. Yang mau ia selamatkan. Dia akan berkata; Cintai Tuhan dan dirimu dulu. Itu utama.
 
Cintai lelakimu sepenuh hati,  
tapi jangan lupa cinta juga berarti boleh berkata "Tidak." Atau bahkan sekedar "Sudah, berhenti."
 
Kalau dia punya anak perempuan, dia mau bilang;

Impian bukan hanya sebatas jadi pendamping pangeran. 
Dan harapanmu tak sekedar kelak dipandang wajar kaum lelaki, pun sesama perempuan.

Kali ini ia sendiri yang bersuara;
Perempuan harus begitu

TBH- 2011
Walau saya tidak tahu persis jumlah perempuan masih dikondisikan seperti diatas di jaman ini. Semoga tidak banyak.
saya. perempuan yang begitu.


3 comments:

  1. Abeeel...aku selalu suka tulisan2 kamooh dri dulu. Am a big fan of yours!

    ReplyDelete
  2. Thank you.. Mohon doa ya Si... Need to take this to the next level. Amin

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...