Jul 4, 2006

Aling dan Ibu

Aling dan Ibu
Bersua pada suatu hari Minggu yang panas menggetirkan
Pada sisi-sisi pagar bambu yang nyaris roboh dan oleng ke kiri
Pada bekas pijakan kaki-kaki hitam legam di tanah mengering berkerikil tajam

Aling dan Ibu
Merengkuh dalam diam
Membentuk siluet kelabu kehitaman yang menampilkan sisa pilu
dan seberkas haru di wajah keduanya...
Ada lelah...ada gentar...Ada sulur-sulur panjang sebuah pertanyaan
Tak ada pelangi

Aling tersenyum...Ibu tersenyum
Saling menempelkan telapak tangan pada paras yang nyaris tak mampu dikenali
Doa Aling belum sampai pada penghujung amin, dan Ibu belum mematikan pijar lampu penantian

Tetapi Aling dan Ibu telah bersua, Pada suatu hari Minggu yang ternyata tak terlalu getir panasnya..
Pada sisi-sisi pagar bambu yang ternyata tak terlalu oleng berdirinya

Bertemu
Pada sebuah pengampunan...yang bahkan belum sempat dipertanyakan...

......

Untuk "My Reasons for Breathing"

May 5, 2005

Terlalu Pagikah?

Karena aku tahu aku tak akan menemukan
Sekelebatpun dari sisa bayanganmu
Karena tak akan ada satu kapalpun yang akan pernah berlabuh
Mengantarkanmu kembali pulang
Dan tak akan kutemui sudut kota paling terpencil sekalipun
Dimana suaramu dapat kudengar lagi...
Dinyana matamu mampu meneduhkan takutku ini...

Terlalu pagikah?
Terlalu dinikah kalau saat ini
Aku berandai dapat menjalani satu...
Satu malam saja
Tanpa rasa ngeri yang terlalu dalam
Terlalu dalam sampai besi yang kita lemparkan ke dalam
tak terdengar dentingannya

Menjalani satu saja
Pagi tanpa kesesakan yang semakin memeri

Karena aku selalu lupa,
mungkin mendekati kegilaan
mengira engkau masih disini

Sebentar saja....
Sebentar saja kau tinggal...

Terlalu pagikah?
atau terlalu larut untuk memintamu
Menetap sejenak lagi?

Aug 11, 2003

Phasmina Jingga

Di belakang jejak perempuan berphasmina jingga
Engkau meniti perlahan
sebuah kisah yang terlalu memeri dan sebait doa yang
tak kunjung amin

Engkau melihat kerut merut diujung matanya
dan lukisan usia di tangannya yang mulai kasar
memandangi sinar asing di kedua binar matanya

“Terlalu banyak cantik...terlalu banyak”
Engkau mencoba menahan langkahnya
Menggapai phasmina jingga yang ternyata sudah kusam
lapuk dan berbau tua
Tua seperti perempuan itu

“Cari jejak lain, jangan ikuti petakan ini!”
Suaranya mulai meninggi
Berusaha membuatmu menyingkir
tapi kau jauh lebih keras kepala!
Kau balas hardiknya dengan langkah lebar...

Dan kau menyaksikan sisa-sisa darah yang mengering
di jejak kaki si tua
Kini matanya memandangmu memelas...memelas sekali
“Pergilah cantik, disini terlalu menyakitkan...kumohon pergilah”

Ia merapatkan kedua kakinya, berbalik menatapmu
Menghentikan rengekanmu dengan senyuman yang...aaahh...!
Engkau mencoba meraihnya sekali lagi...sia-sia
Jejak kaki dibawahnya kini pudar tertutup debu

“Pergi..”phasmina itu terulur padamu
Engkau meraihnya perlahan
Seperti meraih hati yang remuk redam
Engkau menghirup aromanya seperti mereguk rindu yang paling dalam

Diatas jejak kaki perempuan
Yang kini tak berphasmina jingga...

Engkau tenggelam

Tressabel Hutasoit, August 2003
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...