Dec 27, 2025

Tentang Childfree

Jadi begini…Tadinya kami berpikir bahwa rumah tangga kami akan dikaruniai seorang anak atau dua. Kalau perempuan sudah disiapkan namanya, juga jika lelaki. 

Sepotong pakaian onesie dengan tulisan “A Feminist” juga sudah kami siapkan sejak tahun pertama. Untuk dipakai anak perempuan, juga jika lelaki.


With our Godsons

Mendekati empat tahun pernikahan, anggota keluarga kami memang bertambah.

Namun, kedua nama tadi tidak bisa dipakai karena yang masuk menjadi keluarga adalah dua ekor anjing. Walau kebetulan laki-laki dan perempuan, rasanya terlalu extravagant ya kalau nama dua anak anjing itu Caleb Andersen dan Emmanuella Sarasvati. Or no?


Jadi, jika harus ada label sosial dalam bahtera ini, maka kami akan diberi julukan “Pasangan Childfree”. Soal kenapa kami sampai pada titik ini, biar kami saja yang tahu.

Apakah cerita ini nanti berubah, kita bisa lihat nanti. 

Sekarang, mari kita bahas si status kami saat ini, Childfree


Siapa yang melahirkan istilah itu, saya tidak paham. Namun semakin lama, terdengar semakin aneh di telinga. Walau tidak bisa secara gamblang diterjemahkan menjadi Bebas dari Anak, tetap saja itulah nuansa yang terasa. Apa anak itu adalah simbol dari belenggu sampai harus ada kata bebas yang mendahuluinya? Seperti daerah bebas banjir, atau ruangan bebas asap rokok?

Jelas bukan. Anak bukan banjir yang juga adalah bencana. Anak bukan asap rokok yang ujungnya adalah penyakit. 

Dalam segala keterbatasan pengalaman kami soal anak (yang manusia), kami tahu mereka adalah cinta dan tanggung jawab. 


Namun dunia harus gaduh. 

Pasangan yang tanpa anak sering dicap egois dan dipertanyakan tujuannya di dunia. Banyak juga yang selain dihakimi tetapi juga terus dimintai bantuan oleh sekitarnya karena dianggap “Kan enak gak punya anak?”.

Tidak sedikit juga yang diminta pengertiannya soal kenyamanan hidup atau pada saat berbagi “Maklum ya, kan kami punya anak (so we need more). Kalian tidak (makanya dapat lebih sedikit)."

Lalu kami terpaksa harus menjelaskan kenapa begini kenapa begitu. Seolah-olah penjelasan itu akan membuat sistem negara lebih baik, atau perubahan iklim dapat diatasi.


Tidak cukup disitu, pasangan childfree juga kerap dituduh benci anak-anak. 

Apa benar begitu? 

We cannot speak for everyone, tapi, kalau kami tidak. Justru yang kami impikan sebenarnya sama dengan kalian yang punya anak. Dunia yang aman bagi anak-anak. Kehidupan bagi mereka yang jauh dari kemiskinan, kelaparan, juga kekerasan fisik, emosional, dan atau seksual. 


Dengan kenyataan bahwa kami tidak memiliki anak, kami sedang berusaha untuk tetap mencapai impian tadi. Buat anak-anak. Demi hari esok.


Caranya? 

Menjadi paman, bibi, dan orangtua Baptis yang baik. Menjadi pasangan yang berfungsi secara fisik dan mental dalam berbagai (tidak semua) dinamika sosial yang kami geluti.

Di keluarga besar, di pekerjaan, bahkan secara lebih global lagi lewat kegiatan lainnya. Soal kami menggiatkan adopsi anjing jalanan dan mengupayakan program steril pun, kami percaya, telah menjadi contoh baik buat lingkungan, dan juga anak-anak. 

Kecil besar, kami tahu damai sejahtera adalah tujuannya. 


Tahun 2025 bukan tahun yang mudah buat kami. Maka, tulisan ini rasanya pantas kami bagikan. Kami mau mengakhirinya dengan ucapan syukur, walau wajah ini lelah. Kami bersukacita, karena masih bersama dalam Tuhan menjalani pernikahan muda ini, di usia yang yah lumayan muda. 

Saat ini kami bersuka karena Tuhan memperkenankan kami untuk berfungsi. Ada gunanya. 

We function in this world as a childfree couple who are blessed with five dogs. 

Itu cukup.


Kiranya langkah kami semakin berderap. Dan pada suatu hari baik nanti, kegaduhan kita adalah lebih soal merayakan dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita tadi. 

Bukan soal siapa yang punya dan yang tidak.


Get a grip, adults. This is on all of us. 


PS: Onesie tadi masih tersimpan rapi dan sesekali kami pandangi. 


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...