Jangan hanya berdiam diri
Di dalam ruangan semburat abu yang kau pandangi dengan nanar
di tengah putaran kipas angin tua yang terbuat dari besi berkarat…
menelanjangi diri…meluka hati
Jangan hanya bercermin pada telaga kusam
Kalau pantulan yang kaubilang menjengahkan
sudah hampir membuatmu mengeluarkan lagi
sisa makan tadi malam
Menunggu angin lembah
meniup tubuh kerontangmu ke tengah danau
yang airnya lebih bening?
Berdoa agar
Hujan memutuskan untuk
menerpa pepohonan dengan cara yang lebih masuk akal?
Lalu…?
Renungi saja jari kukumu
yang melengkung manis seperti bulan sabit mungil
di pusaran langit yang meratapimu tak adil
Kalau memang hanya sampai jarak itu
Benakmu kuasa mengembara...
Aah...sayang...
Di dalam ruangan semburat abu yang kau pandangi dengan nanar
di tengah putaran kipas angin tua yang terbuat dari besi berkarat…
menelanjangi diri…meluka hati
Jangan hanya bercermin pada telaga kusam
Kalau pantulan yang kaubilang menjengahkan
sudah hampir membuatmu mengeluarkan lagi
sisa makan tadi malam
Menunggu angin lembah
meniup tubuh kerontangmu ke tengah danau
yang airnya lebih bening?
Berdoa agar
Hujan memutuskan untuk
menerpa pepohonan dengan cara yang lebih masuk akal?
Lalu…?
Renungi saja jari kukumu
yang melengkung manis seperti bulan sabit mungil
di pusaran langit yang meratapimu tak adil
Kalau memang hanya sampai jarak itu
Benakmu kuasa mengembara...
Aah...sayang...
by TSB
No comments:
Post a Comment