Hari saya teringat. Atau kalau mau jujur, diingatkan. Karena memang saya terkadang lena dengan segala kenyamanan.
Lewat berpulangnya seorang bapak, yang semasa hidupnya berkalang dengan kotoran, sisa makanan, bahan kimia dan tak jarang...sampah. Untuk kehidupan anak istrinya. Untuk impian, yang mungkin sangat sederhana. Supaya paling tidak- anaknya tak perlu melakoni perannya selama ini.
Setiap pagi, si bapak mandi, sarapan, untuk pergi dan mandi lagi dengan keringat campur kotoran, sisa makanan, bahan kimia dan tak jarang … sampah.
Katanya si bapak sudah lama sakit. Jadi, drama siang tadi hanyalah sekedar pelepasan. Gong’ nya. Begitulah kira-kira. Katanya dia terbiasa mengabaikan. Karena kalau dia mau rehat sejenak barang sehari, dia takut badannya menjadi manja.
Jadi dipaksanya tubuhnya bekerja, ia deru harinya dengan siksa. Karena tau anak istri perlu makan. Karena diam-diam, dia masih punya impian.
Tapi hari ini, 12 Agustus 2011. Tuhan bilang, tugasnya sudah selesai. Besok bapak tak perlu lagi mandi, sarapan, berangkat kerja untuk lalu berkalang keringat campur kotoran, sisa makanan, bahan kimia dan tak jarang…sampah.
Waktunya sudah selesai. Tugasnya sudah rampung. Sampai hari ini. Yang ditandai dengan rebahnya tubuh si bapak, ditengah kerjanya yang berkalang keringat dan kotoran.
Sekarang si bapak yang akan dimandikan. Bukan untuk bekerja lagi. Tapi untuk menuju keabadian sebuah tempat peristarahatan yang paling agung.
Mungkin disana diantara awan-awan, mungkin dibawah kaki gunung atau jauh menelusup diperut bumi, mungkin diantara buliran pasir...
Sekarang si bapak yang akan dimandikan. Bukan untuk bekerja lagi. Tapi untuk menuju keabadian sebuah tempat peristarahatan yang paling agung.
Mungkin disana diantara awan-awan, mungkin dibawah kaki gunung atau jauh menelusup diperut bumi, mungkin diantara buliran pasir...
Hari ini saya teringat. Atau kalau mau jujur, diingatkan. Jagan-jangan saya belum cukup memberikan sapa terima kasih, atau sekedar sebuah senyuman. Untuk orang-orang seperti si bapak, untuk perempuan petugas kebersihan di jalan. Untuk semua kenyamanan yang sudah beliau-beliau sumbangkan. Supaya saya merasa nyaman... Sekalipun buat mereka itu semua demi sebuah impian.
Impian sederhana. Tapi jauh, dari kotoran, sisa makanan, dan pastinya sampah.
Impian yang ternyata datang lebih dari yang dibayangkan...
Untuk Bapak I Wayan Wardana. Semoga abadimu damai di Nirwana.
No comments:
Post a Comment