Laman

Oct 8, 2008

Statis

Jangan hanya berdiam diri
Di dalam ruangan semburat abu yang kau pandangi dengan nanar
di tengah putaran kipas angin tua yang terbuat dari besi berkarat…
menelanjangi diri…meluka hati

Jangan hanya bercermin pada telaga kusam
Kalau pantulan yang kaubilang menjengahkan
sudah hampir membuatmu mengeluarkan lagi
sisa makan tadi malam

Menunggu angin lembah
meniup tubuh kerontangmu ke tengah danau
yang airnya lebih bening?

Berdoa agar
Hujan memutuskan untuk
menerpa pepohonan dengan cara yang lebih masuk akal?

Lalu…?
Renungi saja jari kukumu
yang melengkung manis seperti bulan sabit mungil
di pusaran langit yang meratapimu tak adil

Kalau memang hanya sampai jarak itu
Benakmu kuasa mengembara...

Aah...sayang... 

by TSB

Jul 11, 2008

Sebuah Pertanyaan kepada Lima Sahabat Lelakiku

Cantik?

Itu saja. Aku hanya ingin mendengar deskripsimu, pandanganmu, suara hatimu mengenai satu kata itu...

“Rambutnya hitam. Seperti malam. Lebih bagus kalau lurus dan panjang. Kulit jelas putih susu, dengan warna bola mata coklat tua dan hidung bangir menelusur wajah sampai ke sebentuk bibir yang menyerupai jantung hati. Bentuk pinggul sempurna, dan jangan lupa…bagian dada harus penuh mempesona. Ia harus lemah gemulai. Tutur kata, gerak-gerik dan cara berpikir” Jawaban Darus sederhana. Mengena dan terasa wajar.

”Tidak juga! Lebih cantik kalau sepasang matanya agak kecil, sayu…Paras wajah seperti pualam, yang berterimakasih pada alas bedak berharga jauh diatas tiga bulan uang spp, atau pada kecanggihan botox?.Potongan rambut sebahu, seluruh jari tangan dan kaki rapi jali oleh bombardir manikur dan pedikur dari salon ternama, dengan sebongkah batu berkarat sebagai garnish’nya. Laluuu...tangan cantik itu menggandeng tas Hermes, atau Burberry, atau Todas atau apalah...bukan keluaran ITC yang menjamur di kota ini melainkan yang langsung didatangkan oleh outlet resminya dari manapun barang-barang penguras rupiah itu berasal. Tak lupa, stiletto runcing mengalasi sepasang kaki Giselle Bundchen (bukan lagi betis Ken dedes). Itu...itu baru cantik !” Hakim menyelesaikan kalimatnya dengan tawa berderai. Lelaki metero seksual itu tidak merasa perlu melanjutkan bahwa kategori cantik juga berarti harus mampu mengeluarkan uang jutaan rupiah tiap minggunya untuk berfoya-foya, untuk hidupnya. Harus tak mau terkat, percaya pada prinsip ” Asal sama-sama senang”...

Rasanya mustahil mengharapkan kata-kata "Hatinya harus baik... penyabar... cinta keluarga" keluar dr mulut Hakim. Sebelas tahun sudah aku menjadi sahabatnya... Dan dari puluhan gadis atau janda yg pernah dikencaninya, tak ada yg kukenal memiliki karakter itu.

”Bukan!. Cantik adalah tubuh dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh senti dan dengan tulang belikat yang menonjol keluar dibalik kaus tanpa lengan, atau lebih dikenal dengan tanktop. Atau mini dress, atau shift dress atau apalah…gaya tertawanya harus melengking tinggi, dan tidak boleh mengeluarkan ide apapun karena pasti akan mengurangi kecantikannya... Agak kurang pintar.. gitulah!
Potongan rambut harus yang “today”’s cut dwoonkkk....Warna?.Boleh maroon, brunette atau chestnut…Hitam?....mmm…NO” Dengan tegas, Josh menjawab. Pasti karena seingatnya, itulah karakter dan ciri dari tiga wanita yang terakhir dia kencani. Josh memang kurang berani untuk keluar dari titik amannya… Kurang bernyali untuk bereksplorasi dalam soal selera. Baik soal makanan,pekerjaan, wine, maupun perempuan.

Aku ingat, Josh pernah lari tunggang langgang karena seorang gadis berusia delapan belas tahun meminta kejelaasan atas hubungan tak tentu arah mereka... Josh juga pernah memberikan nomor hp palsu pada seorang gadis tipe 'anak band" hanya karena Josh tau itu bukan seleranya...

“Tapi cantik bisa juga rambut ikal…(ikal mayang, katanya) yang nyaris melampaui bahu, mata besar bersinar walau tak harus melewati dashyatnya lasik, ada tahi lalat di bawah dagu, bibir tipis dan selalu menyunggingkan senyum, kulitnya bercahaya seperti apa yang dijanjikan sebuah produk perawatan, kuning langsat seperti ingin menunjukan identitas bangsa. Perutnya harus membuncah sempurna, menandakan ada sebuah kehidupan baru yang sedang ditenun oleh Sang Pencipta disana. Aura kesempurnaan dari seorang wanita yang sedang melewati satu fase terpenting dalam hidupnya. Itulah cantik…” Sanggah Bowo, sambil menerbangkan pikirannya pada sang istri yang sedang mengandung anak ketiganya di rumah. Kuharap kali ini yang lahir perempuan, batin Bowo tanpa dibagi.

Aku tersenyum... Bowo, teman satu-satunya yg paling mendasari hubungan kasihnya dengan sang istri pd prinsip agama dan budaya. Keterbukaan, kejujuran... Pun saat Bowo menemani kami malam ini, ia tak jarang melirik ponselnya untuk tetap chatting bersama sang istri. Paling lama, lima belas menit lagi, Bowo akan pamit pulang. Dan kami semua akan maklum...

"Dan cantik juga berarti ia harus bisa mengajari anak-anakku berdoa, harus bisa atur uang belanja kalau tidak mau ikut menambahinya... Hehehe.. Harus mengabdi pada orang tua, harus setia...Tak peduli segila apapun masa lalunya". Lanjutnya lagi.

“Kalau itu semua cantik buat kalian…Lalu predikat apa yang pantas untuk segaris bahu tegap itu?! Coba lihat bentuk arahangnya yang tegas, indah matanya yang dinaungi sepasang alis lebat yang sebelah kirinya cacat oleh bekas luka?. Apa bukan cantik itu namanya?!"

Apalagi dengan hasil akhir latihan di gym itu…? Dengan sebentuk bokong padat berbalut jeans, dengan sepasang lengan yang kuat, dengan suara yang berat dan dalam…Dia cantik.Kataku..Luar biasa cantik! “Dengan mata berbinar, Luthfi-gay guy ternama di kalangan para socialite menandaskan kalimatnya. Tak lupa, ia melayangkan pandangan jahanamnya ke arah seorang lelaki ber kemeja warna salem yang juga tengah meliriknya.

Aku tercenung...

Sebagai seseorang yang tidak memenuhi satu pun dari kriteria-kriteria yang disebutkan oleh sahabat-sahabatku ini...(Terutama kriteria Luthfi....)

Kalau memang, presentasi anggapan mengenai cantik... lebih banyak kepada kemasan, tampilan atau hiasan... Maka tak heran betapa ribuan wanita sering lupa untuk bersyukur... Bahkan lbh sering mengeluh..Mata kurang besar, mata terlalu belo', hidung tak mancung, kulit terlalu hitam..Pinggang lebar, jerawatan, bokong tak padat... dll..dll...

Dan beberapa pihak menajdi semakin kreatif... Dengan propaganda bahwa semua hal diatas td adalah sesuatu yg harus diperbaiki, harus diubah... Pemutih kulit?... itu standar... botox?... sedot lemak...operasi plastik...

Hari ini aku justru sedang mensukuri.. atas semua lekuk, carut marut ataupun hidung yg tak mancung ini... Karena aku tau siapa maestro yg telah menciptakannya...Bersyukur atas lipatan pinggang yg bertambah krn berarti aku punya cukup berkat...

Berterimakasih atas kuku yg tak bisa selalu tampil cantik karena itu berarti punya pekerjaan yang juga menuntut tanganku terus berkarya.. baik di kantor, maupun di rumah...Atas rambut yg kadang tak bisa jatuh sempurna setiap kl aku selesai berenang...krn itu berarti smp hr ini aku msh bs berolahraga.. aku dikarunia tubuh yg sehat..sempurna...
Aku bersyukur krn riasan mataku sering luntur.. krn aku mudah sekali menitikkan air mata saat aku mengingat penciptaku...

Aku tahu... Tuhan memandangku...sempurna...

Dan toh... ternyata aku tak perlu menjinjing tas mahal, atau megeluarkan isi kocek untuk bersantai bersama para sahabatku ini... Toh mereka selalu tampak bahagia menemaniku...

Walau aku tidak termasuk dl kategori cantik mereka...

Mungkin lain kali,
Aku akan bertanya saja soal krisis global warming, atau siapa fashion icon yang tersohor terkini, atau parpol apa yg akan mereka contreng nanti...

Mungkin, jawaban mereka akan jauh lebih masuk akal...



Jan 11, 2008

Mencari Bapak

Yang mana bapak kandungku aku tak yakin… Kata orang, bapak adalah orang yang memberi nafkah, yang membuat dapur emak mengepul dari pagi sampai malam. Yang membelikan seragam dan membayar uang sekolah, yang mengajari cara memanggil burung dara dan yang memarahi kalau kita kalah cepat berenang menyebrangi kali.

Tapi dapur emak jarang beruap panas, paling-paling hanya sekali di waktu pagi,sebelum nasi uduk buatannya kupikul dalam tampah rotan yang harus kubawa keliling kampung sampai tengah hari .
Berarti mungkin,…aku tak punya Bapak?

Seragam sekolah itu yang warnanya putih dan merah kan? Putihnya sudah agak menguning memang, tetapi tetap saja aku rindu memakainya…

Sepertinya sudah lama sekali sejak emak bilang bahwa kepala sekolahku adalah manusia keparat yang hanya menginginkan tubuhnya.
"Jadi daripada harus jual diri,lebih baik gantung dulu seragammu!" Itu kata emak dulu, saat kepala sekolah sempat mampir kerumah.. Setelah iuran lima bulan yang kami tunggak ditawarinya penghapusan… Dengan imbalan emak sudi menemaninya di ranjang barang satu malam atau dua.Kukira kepala sekolah adalah Bapakku… Ternyata bukan…Jelas bukan…

Pamannya Syafei juga pasti bukan bapakku, walau ia sempat mengajariku cara memanggil burung dara, tapi ia suka merabai punggungku dan menawariku mandi bersama di pemandian pribadi miliknya. Jelas, kalau dia bapakku dia tidak akan begitu.

Dan walau sudah dari dulu kecepatan renangku tak ada yang bisa menandingi Aku tetap iri melihat bapaknya Aji, Kimung dan Usep. Lelaki-lelaki gagah itu berdiri di dekat bebatuan, saling berteriak menyemangati anak mereka masing-masing. Saat pertandingan yang hampir selalu kumenangkan itu usai, salah satu dari bapak-bapak itu akan mendelik padaku sambil berkata sinis “Anak perempuan koq main di kali!”
Pasti…pastinya tidak ada salah satupun dari mereka Bapakku.

Tapi Emak hanya terpekur dalam hening kalau perihal Bapak kuutarakan.. Heningnya akan bersilih jadi delikan mata yang galak kalau aku menanyakan seperti apa rupa bapak.. Aku hanya ingin tahu, apa benar rambut ijuk yang menyuburi kepalaku ini benar diwariskan oleh bapak?

Aku hanya ingin membayangkan, apakah benar badan bapak tegap seperti tentara, namun suaranya lembut sekali kalau sedang menembangkan lagu 70' an?...

Aku hanya ingin memastikan, kalau bapak tahu jalan pulang
Kalau bapak tahu, bahwa ia punya anak perempuan...
Tapi kalau aku terus mendesak, emak pasti menangis.. Kalu emak menangis, besok dapur tak akan mengepul... Dan aku tak bisa jualan...

Tak bisa mengumpulkan uang.. Untuk pergi jauh mencari bapak...

Jadi...
Semoga saja Usia bumi ini belum menutup sebelum aku bertemu dengan Bapak...

Semoga, akhirat belum turun dari langit menjemput gelungan laut beserta kemelut.Jadi aku akan sempat bersua dengannya .

Dan ia akan sempat mengepuli dapur emak,
membayar uang sekolahku atau mengajari cara memanggil burung dara dan berenang di kali atau lautan sekalian…


TSB: Jkt ,January 2008 Ada sebuah pencarian yang mungkin harus dihentikan…