Yang mana bapak kandungku aku tak yakin… Kata orang, bapak adalah orang yang memberi nafkah, yang membuat dapur emak mengepul dari pagi sampai malam. Yang membelikan seragam dan membayar uang sekolah, yang mengajari cara memanggil burung dara dan yang memarahi kalau kita kalah cepat berenang menyebrangi kali.
Tapi dapur emak jarang beruap panas, paling-paling hanya sekali di waktu pagi,sebelum nasi uduk buatannya kupikul dalam tampah rotan yang harus kubawa keliling kampung sampai tengah hari .
Berarti mungkin,…aku tak punya Bapak?
Seragam sekolah itu yang warnanya putih dan merah kan? Putihnya sudah agak menguning memang, tetapi tetap saja aku rindu memakainya…
Sepertinya sudah lama sekali sejak emak bilang bahwa kepala sekolahku adalah manusia keparat yang hanya menginginkan tubuhnya.
"Jadi daripada harus jual diri,lebih baik gantung dulu seragammu!" Itu kata emak dulu, saat kepala sekolah sempat mampir kerumah.. Setelah iuran lima bulan yang kami tunggak ditawarinya penghapusan… Dengan imbalan emak sudi menemaninya di ranjang barang satu malam atau dua.Kukira kepala sekolah adalah Bapakku… Ternyata bukan…Jelas bukan…
Pamannya Syafei juga pasti bukan bapakku, walau ia sempat mengajariku cara memanggil burung dara, tapi ia suka merabai punggungku dan menawariku mandi bersama di pemandian pribadi miliknya. Jelas, kalau dia bapakku dia tidak akan begitu.
Dan walau sudah dari dulu kecepatan renangku tak ada yang bisa menandingi Aku tetap iri melihat bapaknya Aji, Kimung dan Usep. Lelaki-lelaki gagah itu berdiri di dekat bebatuan, saling berteriak menyemangati anak mereka masing-masing. Saat pertandingan yang hampir selalu kumenangkan itu usai, salah satu dari bapak-bapak itu akan mendelik padaku sambil berkata sinis “Anak perempuan koq main di kali!”
Pasti…pastinya tidak ada salah satupun dari mereka Bapakku.
Tapi Emak hanya terpekur dalam hening kalau perihal Bapak kuutarakan.. Heningnya akan bersilih jadi delikan mata yang galak kalau aku menanyakan seperti apa rupa bapak.. Aku hanya ingin tahu, apa benar rambut ijuk yang menyuburi kepalaku ini benar diwariskan oleh bapak?
Aku hanya ingin membayangkan, apakah benar badan bapak tegap seperti tentara, namun suaranya lembut sekali kalau sedang menembangkan lagu 70' an?...
Aku hanya ingin memastikan, kalau bapak tahu jalan pulang
Kalau bapak tahu, bahwa ia punya anak perempuan...
Tapi kalau aku terus mendesak, emak pasti menangis.. Kalu emak menangis, besok dapur tak akan mengepul... Dan aku tak bisa jualan...
Tak bisa mengumpulkan uang.. Untuk pergi jauh mencari bapak...
Jadi...
Semoga saja Usia bumi ini belum menutup sebelum aku bertemu dengan Bapak...
Semoga, akhirat belum turun dari langit menjemput gelungan laut beserta kemelut.Jadi aku akan sempat bersua dengannya .
Dan ia akan sempat mengepuli dapur emak,
membayar uang sekolahku atau mengajari cara memanggil burung dara dan berenang di kali atau lautan sekalian…
TSB: Jkt ,January 2008 Ada sebuah pencarian yang mungkin harus dihentikan…